Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 59

Usai berkata begitu Oey Sim Tit pun menutup mulutnya rapat-rapat, tidak mau mengeluarkan suara lagi. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan lainnya saling memandang.

Setelah tertegun sejenak barulah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Kalau begitu, cepatlah kau pulang sebab ayahmu masih berada di tengah-tengah kobaran api mencarimu!"

Oey Sim Tit kelihatan tidak percaya sehingga matanya terbeliak lebar dan berkata. "Kalian... kalian sungguh melepaskan diriku begini saja?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tertawa panjang. "Sim Tit, ucapanmu itu salah! Kami dengan kau tiada permusuhan apa-apa, lagi pula sudah berkali-kali kau menolong kami! Kau tidak bersedia menyerahkan Busur Api itu pada kami, tentunya kami pun tidak akan memaksamu!"

Oey Sim Tit terus memandang mereka, kemudian wajahnya yang buruk itu tampak berseri. "Aku tahu, kalian semua adalah orang baik...."

Berkata sampai di situ mendadak Oey Sim Tit menghela nafas panjang, lalu badannya berkelebat. Sekejap ia sudah menghilang di tikungan lembah. Semua orang memandang punggungnya, tiada seorang pun bersuara.

Setelah Oey Sim Tit tidak kelihatan barulah Han Giok Shia berkata dengan agak gugup, "Paman Tam, kita harus bagaimana?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut dengan suara dalam, "Kini aku pun tidak tahu bagaimana baiknya, namun aku yakin akhirnya pasti ada jalan ke luar! Seperti halnya Panah Bulu Api yang tiada kabar beritanya selama ratusan tahun, toh akhirnya kita tahu juga jejak Panah Bulu Api tersebut, apalagi Busur Api berada pada Oey Sim Tit!"

Semua orang manggut-manggut.

Berselang sesaat Seh Cing Hua berkata, "Kalau begitu, setelah kita memperoleh Panah Bulu Api barulah membicarakan Busur Api!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera berkata, "Mengenai Panah Bulu Api itu tiada hubungannya dengan kalian dan itu adalah urusanku!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Kalau pun itu adalah urusanmu, tetapi apakah kami tidak boleh pergi ke Gunung Tangkula San?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengeluarkan suara tawa panjang. "Tentu boleh! Tapi sampai waktunya, tidak boleh ada perundingan lagi, lho!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua cuma manggut-manggut.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata lagi, "Kita telah membuat onar, tentunya Liok Ci Khim Mo akan mengetahui kalau semua itu adalah perbuatan kita! Kegusarannya pasti sudah memuncak dan pasti mengumumkan kemana-mana. Kita berangkat ke daerah See Hek, kita harus berhati hati dan jangan bertindak ceroboh! Kalau orang lain yang muncul menyerang kita, sudah pasti kita tidak akan takut! Namun apabila yang muncul itu adalah Liok Ci Khim Mo, celakalah kita semua!"

Lu Leng segera berkata, "Guru, kita bisa menyamar dan dalam perjalanan kita bersikap tidak saling mengenali."

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek manggut-manggut. "Aku memang bermaksud demikian!"

Seketika berunding lagi, mereka kemudian meninggalkan lembah itu. Setelah sampai di sebuah kota kecil, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan isterinya menyamar sebagai saudagar besar berstatus suami isteri, Han Giok Shia menyamar sebagai pelayan. Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyamar sebagai sastrawan yang sedang pesiar, Tam Ek Hui menyamar sebagai pembantunya. Sedangkan Lu Leng dan Tam Goat Hua menyamar sebagai suami isteri yang berpergian mengunjungi famili di tempat jauh.

Mereka bertujuh dibagi jadi tiga kelompok. Walau berangkat bersama tapi tidak berbicara dalam perjalanan. Malam harinya saat menginap di rumah penginapan, mereka pun berada di dalam kamar masing-masing. Dengan penyamaran ini, sepanjang jalan mereka telah mengelabui para anak buah Liok Ci Khim Mo yang berada di beberapa daerah.

Setelah keluar dari daerah Coan Khang, mereka pun mulai memasuki daerah See Hek dan tidak menyamar lagi. Mereka segera melanjutkan perjalanan siang malam! Dihitung-hitung mereka telah melakukan perjalanan hampir tiga puluh tujuh hari, barulah tiba di Gunung Tangkula San. Begitu tiba di gunung tersebut, hati masing-masing terasa tegang sekali karena Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia yang diciptakan Mo Liong Seh Sih amat terkenal dalam rimba persilatan. Siapa pun tahu tentang itu!

Di dalam Lorong Rahasia tersimpan begitu banyak benda pusaka rimba persilatan yang diimpi-impikan setiap kaum rimba persilatan. Tapi selama sekian tahun tiada seorang pun yang berani mencoba memasuki Lorong-Lorong Rahasia tersebut! Itu tidak berarti bahwa kaum rimba persilatan tidak menghendaki benda pusaka yang tersimpan di sana, melainkan karena mereka tahu akan kelihayan Lorong-Lorong Rahasia itu. Siapa yang memasuki Lorong Rahasia, nyawa pasti akan melayang! Sedangkan kaum rimba persilatan lebih menyayangi nyawanya sendiri dari pada benda-benda pusaka tersebut!

Tetapi tersiar pula berita, bahwa sekian tahun ini banyak kaum rimba persilatan yang menghilang mendadak tidak ketahuan jejak mereka. Itu disebabkan mereka telah memasuki Lorong Rahasia serta binasa di sana. Pokoknya tiada seorang pun yang berhasil keluar dengan membawa satu macam benda pusaka dari Lorong Rahasia tersebut. Isyu pun menyebar luas, bahwa Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia itu amat lihay dan misterius!

Mengenai Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bertujuh, mereka rata-rata berkepandaian tinggi dan amat cerdas. Lagi-pula Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, Seh Cing Hua, Tam Ek Hui dan Tam Goat Hua punya hubungan erat dengan Mo Liong Seh Sih, namun dalam hati mereka tetap merasa tegang bukan main. Sore harinya mereka bertujuh sudah mendekati istana Mo Kiong.

Lu Leng mendongakkan kepala memandang sebuah puncak kecil seraya berkata, "Seh-locianpwee membunuh diri di atas sana!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menghela nafas panjang seraya berkata, "Perbuatan Seh-cianpwee sungguh merupakan hati seorang pendekar budiman. Kita harus kesana dulu untuk ziarah!"

Sedangkan Seh Cing Hua yang amat rindu pada ayahnya namun kini ayahnya sudah tiada, menjadi berlinang-linang matanya. Semua orang tidak memasuki istana Mo Kiong, melainkan menuju ke puncak kecil itu. Sampai di sana mereka semua berdiri dengan serius. Wajah Lu Leng kelihatan murung sekali. Dia pun menutur tentang kejadian itu. Agar tidak melanggar sumpahnya terhadap mendiang isterinya, maka Mo Liong Seh Sih membunuh diri di situ. Padahal Lu Leng sudah pernah menceritakan kejadian tersebut, tapi kini Lu Leng mengulangnya. Mata semua orang pun bersimbah air mendengarnya. Mereka semua merasa kagum dan salut terhadap tokoh aneh tersebut!

Setelah ziarah barulah mereka menuju ke istana Mo Kiong, sementara hari pun sudah mulai gelap. Sebetulnya di dalam istana Mo Kiong terdapat dua pelayan wanita yang idiot, namun mereka berdua telah dibunuh oleh Liat Hwe Cousu. Maka kini tiada yang mengurusi istana itu. Dimana-mana terdapat sarang laba-laba, amat kotor dan sunyi. Ketika sampai di mulut Lorong Rahasia, mereka segera berhenti lalu menyalakan obor.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Kalian tunggu di luar! Setelah aku masuk ke dalam, kalau hari sudah terang tapi aku belum keluar, itu berarti aku sudah celaka di dalam!" Ketika berkata begitu nada suara Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terdengar tenang sekali! Akan tetapi bagi yang mendengarnya malah merasa berduka dan cemas!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen maju selangkah, katanya, "Saudara Tong Hong...."

Sebelum Cit Sat Sin Kun-Tam Sen usai berkata, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah menyela, "Ingat! Sampai waktunya tidak usah berunding lagi!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen langsung diam, namun Lu Leng segera berkata, "Guru, biar aku yang masuk!"

Mendadak Lu Leng melesat ke depan! Akan tetapi di saat bersamaan Giok Bin Sin Kun pun membentak. Badannya mencelat melintang sekaligus menjulurkan tangannya memegang bahu Lu Leng, lalu dilempar beberapa depa jauhnya!

Air mata Lu Leng sudah meleleh. "Guru...."

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata dengan sengit, "Dirimu memikul beban sebagai ketua Gobi dan Hwa San, mengapa meremehkan hidupmu? Mengapa Liat Hwe Cousu berkorban demi dirimu, apakah kau tidak mengerti?"

Lu Leng menangis seraya berkata, "Guru, kalau begitu apakah guru boleh meremehkan hidup?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek tidak menyahut, melainkan tertawa gelak. Kemudian ia menyambar sebuah obor yang menyala, sedangkan sebelah tangannya mendorong ke depan.

“Bum!” seketika terdengar suara, ternyata pintu masuk ke dalam Lorong Rahasia telah terbuka!

Memandang ke dalam hanya tampak kegelapan, sama sekali tidak tampak ujung Lorong Rahasia itu dan tidak diketahui berapa panjangnya. Mereka sudah mendengar dari Lu Leng, bahwa dirinya pernah memasuki Lorong Rahasia tersebut. Akan tetapi pengalaman itu tak berarti bagi semua orang, sebab ketika itu Lu Leng, Toan Bok Ang dan Liat Hwe Cousu, masuk ke dalam mengikuti Mo Liong Seh Sih, maka semua jebakan yang di dalam tidak digerakkan! Karena itu Empat PuIuh Sembilan Lorong Rahasia itu hanya merupakan lorong biasa saja, tidak aneh dan tidak membahayakan. Sekarang ini lain sama sekali dengan saat itu!

Setelah pintu Lorong Rahasia terbuka, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek pun berjalan ke dalam dengan membawa sebuah obor yang menyala. Baru dua langkah dia segera berpaling ke belakang seraya berkata, "Hingga hari terang kalau aku tidak muncuI, itu berarti aku telah gagal. Kalian tidak usah menunggu, utus orang lain saja yang masuk ke dalam!"

Semua orang melihat tekadnya telah bulat, maka semua orang tanpa banyak bicara mengangguk saja mengiyakan. Usai berkata begitu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek lalu melangkah ke dalam. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, Seh Cing Hua dan lainnya hanya berdiri di depan pintu, hati mereka terus berdebar-debar tegang, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam waktu sepeminuman teh, mereka masih bisa melihat punggung Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek di dalam Lorong Rahasia karena diterangi cahaya obor. Akan tetapi mendadak obor itu padam sehingga jadi gelap gulita, tidak tampak apa pun!

Ketika melihat obor itu padam, Lu Leng langsung berseru cemas, "Guru! Guru...!!"

Di saat berseru, Lu Leng pun ingin melesat ke dalam. Untung Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua bergerak cepat mencegahnya.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen membentak keras, "Anak Leng! Jangan bertindak ceroboh!"

Bukan main cemasnya hati Lu Leng. Dia berjalan mondar-mandir di luar pintu Lorong Rahasia itu. Saat ini semua orang yang berada di situ, tiada seorang pun yang tidak merasa cemas. Jantung mereka seakan bergantung di udara! Mereka pun tahu kepandaian Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek paling tinggi di antara mereka bertujuh! Kalau dia tidak berhasil, bagaimana dengan yang lain? Harapan untuk berhasil sudah pasti amat tipis sekali!

Sang waktu terus berlalu! Mereka berenam yang berkumpul di luar pintu Lorong Rahasia memasang telinga, mendengar dengan penuh perhatian ke dalam Lorong Rahasia. Akan tetapi keadaan di dalam Lorong Rahasia tetap sunyi, tidak terdengar suara apa pun. Semua orang tidak berani memastikan bagaimana keadaan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang ada di dalam Lorong Rahasia. Hati mereka betul-betul tegang bagaikan tali busur yang ditarik!

Sementara sang waktu terus berlalu. Mereka merasa sudah lama sekali Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memasuki Lorong Rahasia itu. Memang sesungguhnya hari sudah mulai terang! Sepercik cahaya mentari menembus celah-celah gunung menyorot ke arah mereka semua, membuat mereka semua tertegun seketika! Lama sekali mereka tertegun, kemudian terdengar suara tangisan Lu Leng yang meraung-raung.

"Guru! Guru! Guru...!!

Dia berteriak-teriak menghadap ke pintu masuk Lorong Rahasia. Suara teriakannya berkumandang balik dari dalam Lorong Rahasia itu. Yang lain pun tampak berduka sekali, dengan mata sudah bersimbah air!

Mendadak Seh Cing Hua membentak sengit, "Sudahlah! Kita semua tidak usah berduka!"

Lu Leng berhenti menangis. Ia menghapus air matanya seraya berkata, "Kini giliranku!"

Tam Goat Hua segera menyahut, "Adik Leng, aku pergi bersamamu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Tunggu, Goat Hua! Kalian masih muda dan tidak berpengalaman. Biar aku dan ibumu yang masuk ke dalam!"

Lu Leng langsung menyela, "Tidak! Paman dan Bibi Tam....”

Air muka Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berubah. Dia berkata dengan suara parau, "Kenapa? Apakah kepandaian kami berdua tidak dapat menyamai kepandaian kalian?"

Betapa terkejutnya Lu Leng ketika mendengar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata begitu. Dia langsung diam tidak berani bersuara lagi, namun hatinya tetap sedih sekali. Sudah lewat satu malam saat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memasuki Lorong Rahasia, namun ia belum muncul juga. Ini pertanda ia mengalami musibah di dalam lorong tersebut!

Kini Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami isteri akan menempuh bahaya masuk ke dalam, kemungkinan mereka akan mengalami musibah pula! Walau semua orang itu tiada seorang pun yang takut mati, namun menyaksikan satu persatu akan pergi mengantar nyawa, dapat dibayangkan betapa derita dan tersiksanya hati mereka! Saat ini Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua saling memandang dengan serius, kemudian menjulurkan tangan masing-masing menyambar sebuah obor. Tapi di saat mereka baru menyambar obor, Tam Ek Hui dan Han Giok Shia justru menjatuhkan diri berlutut di hadapan mereka.

Seh Cing Hua segera berkata setengah membentak, "Apa yang kalian lakukan?! Apakah kami berdua pasti akan mati di dalam?"

Tam Ek Hui mendongakkan kepala menyahut, "Ayah, ibu! Ada urusan anak harus menanggungnya! Kalau aku melihat ayah dan ibu masuk ke dalam Lorong Rahasia, apakah kelak aku masih punya muka bertemu orang? Dari pada hidup, lebih baik mati saja!"

Betapa cerdasnya Tam Goat Hua. Ketika melihat kakaknya dan Han Giok Shia berlutut di hadapan kedua orang-tuanya, ia sudah tahu apa maksud mereka! Karena itu dia pun cepat-cepat menarik Lu Leng agar berlutut di hadapan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen suami isteri. Setelah berlutut, Tam Goat Hua pun berkata, "Ayah, ibu! Anak lelaki mau pun anak perempuan sama saja! Harap ayah dan ibu tidak membedakannya!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua tampak tertegun. Berselang sesaat mereka saling memandang, kemudian tertawa gelak! Sembari tertawa Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Bagus! Bagus! Cing Hua, kita punya sepasang anak yang baik, tidak sia-sia kita hidup!"

Seh Cing Hua manggut-manggut serta menyahut, "Tentu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengibaskan tangannya seraya berkata, "Kalian bangunlah!"

Tam Ek Hui dan Tam Goat Hua berkata serentak, "Ayah! Apabila ayah tidak mengabulkan permintaan kami, sampai mati pun kami tidak akan bangun!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Baik, aku kabulkan permintaan kalian!"

Tam Ek Hui dan Tam Goat Hua saling memandang. Mereka berkata serentak lagi, "Ayah...."

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata perlahan-lahan, "Goat Hua, kau adalah anak perempuan, harus mengalah selangkah pada kakakmu!"

Tam Goat Hua cepat-cepat berkata, "Ayah, apakah anak perempuan bukan anak yang ayah dan ibu lahirkan?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menghela nafas. "Goat Hua, pikirkanlah baik-baik! Kalau ayah memperbolehkan engkau pergi menempuh bahaya duluan, kelak bagaimana kakakmu bertemu orang?"

Tam Goat Hua menundukkan kepala, tidak berkata apa-apa lagi.

Sedangkan Tam Ek Hui sudah bangkit berdiri seraya berkata, "Adik! Ayah telah memutuskan, kau tidak usah banyak bicara lagi!"

Tam Goat Hua dan Lu Leng tidak bisa berbuat apa-apa, mereka berdua hanya bangkit berdiri. Tam Ek Hui dan Han Giok Shia menjulurkan tangan mengambil obor yang ada di tangan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua. Di saat bersamaan tangan kiri Han Giok Shia pun bergerak cepat. Terdengar suara mendengung, ternyata dia telah mengeluarkan senjata Liat Hwe Soh Sim Lun-nya yang amat terkenal itu! Sedangkan Tam Ek Hui menghunus pedangnya. Mereka berdua melangkah menuju ke pintu Lorong Rahasia.

Seh Cing Hua cepat-cepat berpesan dengan suara dalam, "Kalian berdua harus hati-hati!"

Tam Ek Hui berpaling ke belakang seraya menyahut, "Kalau hari sudah gelap kami berdua masih belum keluar, tentunya kami sudah mengikuti jejak Tong Hong-tayhiap! Ayah dan ibu jangan berduka karena itu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua merupakan tokoh aneh dalam rimba persilatan. Namun ketika melihat anak kandung mereka pergi menempuh bahaya, mereka pun menjadi sangat berduka sekali! Seh Cing Hua hampir berseru menyuruh Tam Ek Hui jangan masuk ke dalam. Ia sendiri pun tidak mau mengambil panah Bulu Api lagi, lebih baik pergi jauh ke seberang lautan. Biarlah Liok Ci Khim Mo berkuasa di rimba persilatan!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen seakan dapat melihat dengan jelas maksud hati isterinya. Sepasang matanya menyorot tajam menatap isterinya lekat-lekat tanpa berkedip! Seh Cing Hua mendongakkan kepala sehingga beradu pandang dengan suaminya. Hatinya tersentak dan merasa tidak enak. Ia ingin berbicara tetapi tak mampu mencetuskannya, maka buru-buru ia menundukkan kepala lagi. Di saat bersamaan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia pun sudah memasuki Lorong Rahasia tersebut! Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berempat terus memandang ke dalam. Terlihat dengan jelas, belum begitu lama mereka masuk, obor yang ada di tangan mereka mendadak padam!

Bersamaan dengan itu sayup-sayup mereka mendengar suara bentakan Han Giok Shia, "Siapa?!"

Mendengar suara bentakan itu Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan lainnya tersentak kaget!

Lu Leng langsung berseru tak tertahan, "Eh? Apakah ada orang lain yang telah masuk duluan ke dalam Lorong Rahasia?"

Seh Cing Hua berkata, "ltu merupakan hal yang tak mungkin! Entah Giok Shia bertemu apa?"

Mereka berempat berbicara beberapa patah, lalu diam sambil mendengar dengan penuh perhatian. Akan tetapi setelah obor itu padam dan terdengar suara bentakan Han Giok Shia, selanjutnya tidak terdengar suara apa pun lagi. Mereka berdua seakan hilang lenyap di dalam Lorong Rahasia itu! Walau pun mereka berempat terus mendengar dengan penuh perhatian, namun di dalam Lorong Rahasia itu tidak terdengar suara apa pun! Wajah mereka berempat tampak serius sekali!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan lainnya berkata dalam hati, mungkin setelah Han Giok Shia mengeluarkan bentakan itu, mereka berdua pun telah tertimpa mala-petaka! Mereka berempat terus menunggu di luar pintu Lorong Rahasia. Meski pun sudah cukup lama, tapi tetap tidak terdengar suara apa pun di dalam Lorong Rahasia itu.

Lu Leng segera berkata, "Kakak Goat, mari kita ke dalam melihat-Iihat!"

Seh Cing Hua langsung membentak sengit, "Omong kosong! Kita harus tunggu hingga hari gelap, barulah mengambil keputusan!"

Lu Leng diam seketika! Sementara sang waktu sama sekali tidak memberi kesempatan, terus berlalu dengan cepat. Tak terasa matahari sudah berada di atas kepala mereka, pertanda sudah tengah hari! Dan di dalam lorong itu tetap sunyi! Sang matahari perlahan-lahan condong ke barat, hati mereka berempat pun ikut condong tidak karuan, bahkan amat cemas dan berduka sekali! Sedangkan hari mulai senja.

Di saat itulah mendadak Seh Cing Hua mencaci sengit, "Dasar tua bangka! Seumur hidup tidak pernah berbuat kebaikan! Kematiannya agak menggemparkan, tapi justru malah mencelakai orang!"

Ketika mendengar Seh Cing Hua mencaci mendadak, mereka berdua jadi tertegun karena tidak tahu Seh Cing Hua sedang mencaci siapa. Namun Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tahu siapa yang dicaci Seh Cing Hua, tidak lain adalah ayahnya, Mo Liong Seh Sih! Perlu diketahui, Mo Liong Seh Sih sekeluarga bukan berasal dari golongan lurus. Ketika masih muda tindak perbuatan Mo Liong Seh Sih amat aneh, dan menjelang hari tua barulah mulai berubah. Tetapi dalam tubuh mereka tetap tersisa sedikit hawa sesat. Perbuatan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau di dunia persilatan yang tidak karuan, memang berkaitan dengan itu! Karena itu ketika Seh Cing Hua mencaci ayahnya sebagai ‘Tua Bangka’, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tidak merasa heran.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa getir seraya berkata, "Cing Hua, kalau semua orang dapat memasuki Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia, tentunya tidak akan menunggu kita ke mari!"

Seh Cing Hua cuma mendengus, tidak berbicara lagi.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata lagi dengan suara dalam, "Aku pikir, Tiang Pek San-Thian Sun Sianjin dapat keluar masuk dengan selamat, sedangkan kepandaian kita tidak terpaut jauh, mungkin masih bisa berhasil!"

Seh Cing Hua menghela nafas panjang, mereka berempat kembali diam. Tak seberapa lama sang matahari sudah tenggelam di ufuk barat, hari pun sudah mulai gelap. Hal ini membuat hati mereka berempat amat tercekam. Tampak Seh Cing Hua maju selangkah mendekati Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Dia berbisik-bisik sejenak di telinga Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen kemudian manggut-manggut.

Lu Leng dan Tam Goat Hua tidak mendengar apa yang dibisikkan mereka. Gadis itu segera mendekati Lu Leng dan berbisik, "Adik Leng, hari sudah mulai gelap! Ayah dan ibuku pasti sedang berunding untuk melarang kita pergi menempuh bahaya!"

Lu Leng bertanya dengan suara rendah, "Kalau begitu kita harus bagaimana?"

Tam Goat Hua menyahut, "Kita masuk begitu saja!"

Lu Leng mengangguk. "Benar katamu!"

Mereka berdua lalu melangkah lebar ke depan.

Tam Goat Hua berkata, "Ayah, lbu! Kakak dan kakak Giok...."

Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua mendadak membalikkan badan. Seketika Tam Goat Hua tertegun akan gerak-gerik ke dua orang-tuanya, tapi ia segera tahu apa yang akan dilakukan kedua orang tuanya! Namun baru saja ia menyadari maksud kedua orang-tuanya, ternyata ia sudah terlambat selangkah!

Karena Cit Sat Sin Kun-Tam Sen telah mengibaskan tangannya, dan jari telunjuknya pun bergerak cepat. Ia berhasil menotok jalan darah Hu Keng Hiat Tam Goat Hua. Sedangkan Seh Cing Hua juga melesat ke hadapan Lu Leng. Ketika Lu Leng melihat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen turun tangan terhadap Tam Goat Hua, dia amat terkejut sekali. Namun mendadak saja Seh Cing Hua pun sudah berada di hadapannya! Jari tangan Seh Cing Hua bergerak, ia pun sudah berhasil menotok jalan darah Can Moh Hiat Lu Leng. Lu Leng baru mau membuka mulut untuk berteriak namun jari telunjuk Seh Cing Hua bergerak lebih cepat menotok jalan darah Pai Tay Hiat-nya! Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua telah turun tangan pada waktu yang bersamaan.

"Buk! Buk!” terdengar suara, ternyata Tam Goat Hua dan Lu Leng sudah jatuh di tanah!

Jalan darah mereka berdua telah ditotok sehingga roboh tak bergerak, hanya sepasang bola mata mereka yang berputar-putar, tidak bisa bersuara. Saat ini hari sudah gelap.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang mereka berdua yang tergeletak, kemudian berkata, "Goat Hua, Anak Leng! Kalian jangan menyalahkanku. Ayah tidak bisa membiarkan kalian pergi menempuh bahaya! Kini aku turun tangan berat menotok jalan darah kalian. Berdasarkan lweekang yang kalian miliki, kalian tidak akan bisa membebaskan totokan itu! Satu jam kemudian jalan darah itu akan bebas sendiri! Saat itu apabila kami belum keluar, kalian juga tidak usah memasuki Lorong Rahasia! Perlu diketahui, di kolong langit yang mengetahui rahasia ini hanya kita tujuh orang. Kini sudah pergi lima, bagaimana kalian berdua masih mau pergi menempuh bahaya? Mungkin ini merupakan perkataanku yang terakhir pada kalian berdua. Maka setelah jalan darah kalian bebas, renungkanlah perkataanku ini!"

Ketika Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengatakan begitu, hatinya terasa tersiksa sekali! Begitu pula hati Lu Leng dan Tam Goat Hua. Walau mereka amat berduka sekali, namun tidak bisa apa-apa. Mereka berdua hanya memandang Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua dengan mata terbelalak. Tak lama hari pun semakin gelap. Sedangkan di dalam Lorong Rahasia sama sekali tidak terdengar suara apa pun.

Terdengar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kita juga harus masuk ke dalam!"

Mereka mengambil obor, memandang Tam Goat Hua dan Lu Leng sejenak, setelah itu barulah mereka berdua melangkah ke dalam Lorong Rahasia. Hati Lu Leng dan Tam Goat Hua seperti tersayat ketika melihat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua melangkah ke dalam Lorong Rahasia itu. Setelah mereka berdua masuk ke dalam, Lu Leng dan Tam Goat Hua pun sudah tidak dapat melihat mereka lagi karena masih tergeletak di tanah. Mereka berdua hanya mendengar dengan penuh perhatian. Sayup-sayup masih terdengar suara langkah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua yang amat lirih.

Berselang sesaat mendadak terdengar sura Seh Cing Hua, "lhh!" sepertinya bertemu hal aneh. Setelah itu tidak terdengar lagi suara langkah mereka berdua.

Ini menyebabkan hati Lu Leng dan Tam Goat Hua amat tercekam. Tampak bintang-bintang bergemerlapan di langit dan rembulan bersinar remang-remang. Suasana di sekitarnya sangat sunyi sekali! Lu Leng dan Tam Goat Hua saling memandang, kemudian mereka pun menghimpun hawa murni untuk menembus jalan darah yang tertotok itu. Ketika Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua menotok jalan darah mereka, kedua suami isteri itu sudah menduga hal tersebut. Maka mereka pun turun tangan secara berat, sehingga Lu Leng dan Tam Goat Hua tidak dapat menghimpun hawa murni untuk menembus jalan darah yang tertotok itu.

Ketika hampir tengah malam barulah Lu Leng dan Tam Goat Hua mengeluarkan suara, "Akhh!"

Walau pun mereka sudah bisa bersuara, tapi masih belum bisa bergerak!

Tam Goat Hua memanggil, "Adik Leng!"

Lu Leng segera menyahut, "Kakak Goat!"

Tam Goat Hua berkata perlahan-lahan, "Sudah tengah malam, mereka... mereka...."

Lu Leng menghela nafas. "Tidak lama lagi jalan darah kita akan bebas, kita boleh masuk ke dalam Lorong Rahasia untuk melihat-lihat bagaimana lihaynya Lorong Rahasia itu!"

Tam Goat Hua tertegun. Lama sekali baru ia berkata, "Adik Leng, ayahku bilang...."

Sebelum Tam Goat Hua usai berkata, Lu Leng sudah menyela, "Kakak Goat, kalau mendengar perkataan paman Tam, memang kita bertujuh yang tahu akan rahasia itu. Tapi... selain kita, siapa yang akan memasuki Lorong Rahasia untuk mengambil ketujuh batang Panah BuIu Api? Oleh karena itu biar bagaimana pun kita harus memasuki Lorong Rahasia untuk mengambil ketujuh batang Panah Bulu Api!"

Tam Goat Hua menghela nafas. "Memang benar perkataanmu!"

Saat hari mulai terang, mereka berdua coba menghimpun hawa murni lagi. Berselang beberapa saat mereka berdua mengeluarkan suara siulan panjang sambil mencelat ke atas. Ternyata mereka sudah bisa bergerak! Kini telah lewat dua malam satu hari, namun Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan lainnya masih belum keluar. Entah apa yang telah terjadi atas diri mereka, sulit diduga sama sekali!

Lu Leng dan Tam Goat Hua pun tahu, apabila mereka berdua juga mengalami sesuatu di dalam Lorong Rahasia, pasti Liok Ci Khim Mo akan terus malang melintang tanpa ada seorang pun yang mampu membasminya! Ketika Lu Leng dan Tam Goat Hua serentak mencelat ke atas, mendadak Lu Leng membalikkan badannya sekaligus menjulurkan jari telunjuknya menotok jalan darah di bahu Tam Goat Hua!

Gadis itu membentak keras, "Adik Leng, berhenti!”

Jari telunjuk Lu Leng sudah menyentuh jalan darah di bahu Tam Goat Hua, tetapi mendadak Lu Leng menghentikan gerakannya dan berkata, "Kakak Goat, jangan menyalahkan aku. Aku ingin menotok jalan darahmu karena demi kebaikanmu!"

Tam Goat Hua berkata, "Adik Leng, kita berdua telah melewati bermacam-macam bahaya... dan akhirnya kita bisa bersama! Tadi kau tidak melihat bagaimana tersiksanya hati ayah dan ibu?"

Sesungguhnya Lu Leng ingin meniru perbuatan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua, menotok jalan darah Tam Goat Hua secara mendadak. Namun setelah mendengar perkataan gadis itu, wajah Lu Leng berubah kemerah-merahan. Lu Leng kemudian menundukkan kepala dan berkata perlahan-lahan, "Kakak Goat, aku bersalah! Jangan menyalahkan aku!"

Tam Goat Hua tersenyum getir. Ia menyahut, "Mengapa aku harus menyalahkanmu? Kau telah berhasil menyentuh jalan darahku, cepat bebaskan!"

Lu Leng mengangguk. Segera ia menepuk bahu Tam Goat Hua agar jalan darah itu bebas kembali. Tam Goat Hua menarik nafas lega. Kini mereka berdua sudah bisa bergerak, namun mereka merasa haus dan lapar. Mereka berdua cepat-cepat pergi mencari buah-buahan hutan dan minum dekat air terjun, setelah itu barulah mereka kembali ke dalam istana Mo Kiong. Setelah berada di depan pintu Lorong Rahasia, mereka berdiri termangu tanpa bersuara.

Berselang beberapa saat Tam Goat Hua berkata, "Adik Leng, begitu masuk kita tidak boleh berpencar setapak pun!"

Lu Leng manggut-manggut. "Tentu!"

Lu Leng dan Tam Goat Hua mengambil dua buah obor, kemudian dinyalakan. Setelah itu mereka saling memandang. Teringat akan bahaya yang mengancam diri mereka di dalam Lorong Rahasia, perasaan mereka menjadi tercekam! Lama sekali mereka saling memandang, lalu saling peluk-memeluk. Entah beberapa lama kemudian barulah mereka melepaskan pelukan itu. Mereka mengangkat tinggi-tinggi obor yang mereka pegang, kemudian melangkah memasuki lorong itu dengan hati-hati sekali!

Kira-kira beberapa depa, terdapat sebuah tikungan. Tam Goat Hua segera berhenti dan berkata, "Adik Leng, kelihatannya tidak benar, nih!"

Dalam hati Lu Leng juga merasa aneh! Karena tempo hari saat mereka berdua mengikuti Mo Liong Seh Sih memasuki Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia, mereka memang melalui pintu masuk itu! Akan tetapi setelah melangkah ke dalam, keadaannya menjadi sangat berbeda dengan saat itu! Di bawah cahaya obor, tampak lorong itu berliku-liku dan tiada ujungnya sama sekali. Tempo hari memang terdapat lorong yang amat panjang serta terdapat empat puluh sembilan buah patung batu yang amat besar di pinggir lorong itu. Kini patung-patung batu tersebut justru tidak kelihatan!

Lu Leng segera bertanya kepada Tam Goat Hua, "Kakak Goat sudah melihat di mana tempat yang tidak beres?"

Tam Goat Hua menyahut, "Kita baru berjalan beberapa depa sudah terdapat sebuah tikungan! Kalau di luar pintu ada orang melihat kita, seharusnya kita sudah tidak kelihatan!"

Lu Leng mengangguk. "Memang harusnya begitu!"

"Sungguh mengherankan! Ketika ayah dan ibu masuk ke dalam, kita tidak melihat. Tapi di saat Tong Hong-tayhiap, kakak dan kakak Giok bertiga masuk ke dalam, walau berjalan begitu jauh, tapi kita masih melihat obor di tangan mereka!"

Lu Leng tertegun. Lama sekali barulah dia berkata, "Kakak Goat, aku sama sekali tidak berpikir ke situ! Yang kurasakan aneh yakni tempat ini berbeda dengan tempo hari saat kita kemari!"

Di dalam lorong itu amat sunyi. Meski pun percakapan mereka tidak begitu keras namun menimbulkan suara berdengung, menambah keseraman lorong itu. Mendengar apa yang dikatakan Lu Leng, Tam Goat Hua pun jadi tertegun.

"Kalau begitu, lorong ini dapat berubah sewaktu-waktu. Kemarin dan hari ini sudah berbeda!"

Lu Leng mengangguk. "Menurutku juga demikian!"

Ketika mereka bercakap-cakap, tanpa sadar mereka mendekati sebuah dinding batu. Sinar obor menyorot ke sana. Tampak dinding batu itu merupakan ciptaan alam, mana mungkin bergerak? Akan tetapi ketika Tam Goat Hua menjulurkan tangannya untuk mendorong tanpa menggunakan tenaga sepenuhnya, terasa dinding batu itu amat ringan dan langsung terdorong mundur! Dinding batu yang amat besar itu di saat terdorong mundur tidak mengeluarkan suara sedikit pun! Betapa terkejutnya Lu Leng dan Tam Goat Hua! Mereka berdua segera mundur serentak.

Setelah dinding batu itu terdorong mundur, tampak pula dua lorong di sisi kiri dan di sisi kanan. Lu Leng dan Tam Goat Hua menunggu sejenak. Setelah tidak terjadi apa pun di dalam kedua lorong itu, barulah mereka berani maju sambil mengangkat obor tinggi-tinggi. Terlihat ada dua buah tonggak diIorong-lorong tersebut. Pada kedua tonggak batu itu terukir beberapa huruf, berbunyi demikian, ‘Benda Pusaka sulit diperoleh, lebih baik mundur agar tidak celaka di dalam Lorong Rahasia’.

Setelah membaca tulisan itu, Tam Goat Hua pun tertawa getir seraya berkata perlahan, "Kakek memang aneh. Siapa pun orangnya yang berani masuk kemari, mana mungkin mundur lagi?"

Mendadak Lu Leng bersiul panjang. "Betul! Kita sudah masuk ke mari, kedua tonggak batu itu harus dimusnahkan!"

Tam Goat Hua segera berseru, "Tunggu...!"

Ketika Lu Leng usai berkata, dia pun bergerak cepat! Saat Tam Goat Hua berseru, badan Lu Leng sudah berkelebat mendekati kedua tonggak batu itu sekaligus mengerahkan lweekang dan menghantam salah satu dari tonggak batu tersebut!

"Bum!" terdengar suara yang amat dahsyat, tonggak batu itu pun roboh!

Begitu tonggak batu itu roboh, muncullah sebuah lubang. Di saat bersamaan Lu Leng mendengar suara angin berdesir di dalam lubang itu. Cepat-cepat dia mengangkat obor ke arah lubang tersebut sehingga sinar obor menyorot ke dalam.

Seketika Lu Leng jadi tertegun dan berseru, "Kakak Goat, cepat lihat kemari!"

Tam Goat Hua tidak tahu Lu Leng menemukan apa, namun setelah mengetahui bahwa tidak terjadi apa-apa terhadap diri Lu Leng, legalah hatinya. Begitu mendengar seruan Lu Leng, Tam Goat Hua segera mendekatinya sekaligus mengangkat obor ke arah lubang itu sehingga lubang tersebut bertambah terang. Mereka berdua melihat ke dalam lubang yang dalamnya hampir sepuluh depa itu. Tampak begitu banyak roda yang sambung menyambung dan bahkan terus-menerus berputar pula.

Setelah mendengar sejenak dengan penuh perhatian, terdengar suara seperti air mengalir, namun suara air mengalir itu amat jauh. Mereka berdua yakin, itu adalah suara air terjun! Mo Liong Seh Sih memang menggunakan air terjun itu sebagai tenaga penggerak, sedangkan roda-roda yang bergerak itu berhubungan dengan Empat Puluh Sembilan Lorong Rahasia! Setelah berpikir demikian, Lu Leng dan Tam Goat Hua pun jadi tertegun.

Berselang sesaat mendadak Lu Leng berkata, "Kakak Goat, lebih baik kita mundur dulu!"

Tam Goat Hua menyahut, "Adik Leng, maksudmu setelah kita mundur dari Lorong Rahasia ini, kita berusaha mencari sumber penggerak lalu menghancurkannya, agar kita bisa keluar masuk dengan aman?"

Lu Leng mengangguk. "Benar! Aku memang bermaksud demikian! Walau kita tidak tahu di mana sumber penggerak itu, namun kita harus mencarinya. Bukankah itu lebih baik dari pada kita harus membabi buta berjalan di dalam Lorong Rahasia?"

Tam Goat Hua manggut-manggut. "Baik!"

Lu Leng dan Tam Goat Hua mengira tidak sulit mundur dari situ, namun ketika mereka membalikkan badan dan melihat mereka jadi terbelalak! Ternyata saat mereka berbicara, keadaan di belakang mereka sudah berubah sama sekali! Tadi di belakang mereka terdapat sebuah lorong dan sebuah tonggak batu, tapi kini semuanya sudah hilang entah ke mana dan sebaliknya malah muncul dinding batu lain. Di sana terdapat sebuah pintu yang tertutup rapat-rapat.

Setelah tertegun sejenak, Tam Goat Hua pun tersenyum getir seraya berkata, "Kelihatannya sulit bagi kita untuk mundur!"

Lu Leng menyahut, "Jangan perduli apa pun, kita buka saja pintu itu!"

Tam Goat Hua berpikir, saat ini hanya ada dua jalan yang harus ditempuh. Pertama melalui lubang, sedangkan jalan ke dua harus membuka pintu di dinding batu! Mereka berdua saling memandang, kemudian serentak maju ke depan pintu itu. Ternyata di atas pintu itu terukir beberapa huruf ‘Pintu Kematian’.

Begitu melihat tulisan itu Lu Leng malah tertawa. "Orang yang memasuki Lorong Rahasia, sudah pasti berniat untuk mati!"

Usai berkata Lu Leng lalu menjulurkan tangannya mendorong pintu itu, ternyata dengan mudahnya pintu itu terbuka. Seketika di depan mata jadi terang benderang. Ternyata di dalam pintu itu terdapat sebuah ruang batu. Di tengah-tengah ruang itu terdapat sebuah tempayan besar yang berisi semacam minyak, tapi kini minyak itu hanya tinggal setengah tempayan. Tampak pula dua buah sumbu di atas tempayan itu menyala dengan terang sekali. Di sisi tempayan berdiri sebuah patung orang terbuat dari batu, patungitu amat besar dan tinggi.

Lu Leng masih mengenalinya sebagai salah satu dari patung-patung yang berada di dalam Lorong Rahasia yang pernah dilaluinya tempo hari! Yang mengherankan, bagaimana patung batu itu bisa berada di sini? Di tangan patung batu itu memegang sebuah lempengan batu yang terukir dua huruf  ‘Algojo Pertama’.

Tam Goat Hua dan Lu Leng yang berada di luar ruang itu terus memperhatikan dengan seksama seisi ruang tersebut! Di dalam ruang batu itu tidak terdapat jalan lain, lebih baik tidak masuk! Saat mereka baru mau membalikkan badan, mendadak mereka merasa lantai di situ bergerak maju. Kejadian itu amat mendadak, sehingga membuat Lu Leng dan Tam Goat Hua terperangah. Sebelum mereka berdua sempat mundur, lantai itu sudah bergerak ke dalam ruang tersebut, dan di saat bersamaan terdengar pula suara.

"Blam!" Ternyata pintu itu telah tertutup kembali!
Terima Kasih atas dukungan dan saluran donasinya🙏

Halo, Enghiong semua. Bantuannya telah saya salurkan langsung ke ybs, mudah-mudahan penyakitnya cepat diangkat oleh yang maha kuasa🙏

Traktiran: (7891767327 | BCA A.n Nur Ichsan) / (1740006632558 | Mandiri A.n Nur Ichsan) / (489801022888538 | BRI A.n Nur Ichsan) ataupun bisa melalui via Trakteer yang ada dibawah

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar