Harpa Iblis Jari Sakti Chapter 64

Mata Toan Bok Ang sudah bersimbah air, namun tetap berusaha agar air matanya tidak sampai meleleh. Padahal sesungguhnya saat ini dia ingin bicara banyak dengan Lu Leng, namun justru malah menghela nafas panjang, kemudian tidak membicarakan apa-apa. Lama sekali barulah dia membuka mulut. "Aku... bagaimana aku akan membencimu?"

Lu Leng berkata, "Kakak Ang, kalau begitu kau bersedia menerima Lan Tian Giok Sek ini?"

Toan Bok Ang mengangguk. "Ya!" Gadis itu tersenyum paksa, lalu mengambil kotak giok itu dan disimpan di dalam bajunya.

Lu Leng kembali ke tempatnya seraya memandang Tam Goat Hua. Gadis itu segera berkata, "Kini giliranku?"

Toan Bok Ang langsung berkata dengan sungguh-sungguh, "Kakak Goat, setelah kau pilih satu macam benda pusaka, jangan dihadiahkan padaku lagi!"

Tam Goat Hua tertawa seraya menyahut, "Tentunya aku tidak akan menghadiahkan kepada orang lain. Aku pilih belati itu untuk dipasang pada ujung rantaiku!"

Seh Cing Hua segera berkata, "Bagus! Itu adalah belati Song Ciok Cit! Walau tidak dapat memutuskan senjata orang, namun juga tiada senjata lain yang dapat memusnahkannya! Lagi-pula dulu Tiang Pi Sin Mo (lblis Sakti Berlengan Satu) dari daerah Miau pernah merendam belati itu dengan tujuh puluh tiga macam racun selama empat tahun, maka siapa yang tergores oleh belati itu pasti tak tertolong!"

Tam Goat Hua terbelalak dan mengeluarkan seruan tak tertahan. "Hah?! Ternyata begitu lihay?"

Seh Cing Hua manggut-manggut. "Betul! Semakin lihay semakin bagus!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menatap Seh Cing Hua sejenak, kemudian berkata pada Tam Goat Hua. "Goat Hua, kau harus ingat! Kalau tidak terpaksa jangan menggunakan senjata itu dan tidak boleh sembarangan melukai orang!"

Tam Goat Hua mengangguk. "Ya, ayah!"

Saat ini benda pusaka yang tertinggal di atas tanah masih ada dua macam, yaitu lempengen besi dan buah aneh.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memandang Toan Bok Ang, lalu tersenyum seraya berkata, "Nona Toan, buah itu disebut Cing Ming Kuo! Bagaimana kemanfaatannya sulit dijelaskan. Kau ambil saja!"

Toan Bok Ang tidak berlaku sungkan lagi, segera dia berkata, "Terima-kasih atas pemberian cianpwee bertiga!"

Toan Bok Ang mengambil lempengan besi dan buah Cing Ming Kuo, kemudian disimpan ke dalam bajunya. Kini keenam benda pusaka itu telah dibagi-bagikan.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Kalau benar Kou Hun Siu telah meninggalkan Lorong Rahasia dengan selamat dan membawa Jala Bumi, setelah membasmi Liok Ci Khim Mo, Jala Bumi itu pun harus diberikan kepada nona Toan!"

Seh Cing Hua mengangguk. "ltu memang harus!"

Mendadak Lu Leng menghela nafas panjang. Saat ini mereka telah memperoleh Panah Bulu Api, bahkan semua benda pusaka itu pun telah dibagi-bagikan, tapi justru mendadak Lu Leng menghela nafas panjang, Setelah Lu Leng menghela nafas panjang, semua orang pun mengerutkan kening dengan mulut membungkam. Mereka tahu apa sebabnya Lu Leng menghela nafas panjang, kini perasaan mereka tercekam kembali! Kini mereka harus memikirkan suatu cara untuk membasmi Liok Ci Khim Mo! Mereka hanya memiliki Panah Bulu Api. Tanpa Busur Api, bagaimana caranya agar bisa mencapai tujuan?

Semua orang tertegun, berselang beberapa saat barulah Lu Leng berkata. "Guru, paman Tam! Sampai di sekitar Gunung Tiong Tiau San, sementara jangan memunculkan diri. Biar aku seorang diri pergi ke istana Ci Cun Kiong menemui Oey Sim Tit!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggelengkan kepala. "ltu tidak perlu!"

Lu Leng berkata, "Berdasarkan hatinya yang luhur, mungkin dia bersedia mendengar perkataanku.”

Mendadak Tam Goat Hua menyela, "Adik Leng, kau masih belum tahu bagaimana sifat Oey Sim Tit? Boleh suruh dia mengerjakan apa pun, tapi Liok Ci Khim Mo adalah ayahnya. Kau mau menyuruh dia mencelakai ayahnya sendiri, itu pasti tidak bisa!"

Mendengar itu Han Giok Shia segera berkata, "Kalau begitu, bukankah kita tidak akan berhasil membasmi Liok Ci Khim Mo?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Tentunya kita punya akal. Setelah kita berada di sekitar istana Ci Cun Kiong, barulah kita berunding! Ci Cun Kiong telah musnah terbakar, sudah pasti Liok Ci Khim Mo bertambah berhati-hati. Kita pun harus waspada, jangan sampai jejak kita diketahui mereka!"

Kalau berdasarkan ilmu silat, mereka yang berada di situ boleh dikatakan tiada lawan di kolong langit! Akan tetapi Pat Liong Thian lm yang dimiliki Liok Ci Khim Mo, sejak dahulu kala telah diakui sebagai ilmu yang tanpa tanding. Siapa pun tidak dapat lolos dari Pat Liong Thian Im sehingga membuat mereka selalu waspada! Setelah bercakap-cakap sejenak, berangkatlah mereka kembali ke daerah Tionggoan.

Ketika tiba di sebuah kota kecil, mereka pun menyamar dan berpencar melanjutkan perjalanan. Setiap dua hari barulah mereka berkumpul kembali. Sepanjang jalan dalam waktu dua bulan sama sekali tidak pernah terjadi suatu apa pun sampai mereka berada di sekitar gunung Tiong Tiau San.

Ketika berada dalam perjalanan, setiap kali mereka berkumpul, pasti berunding bagaimana cara untuk memperoleh Busur Api tersebut. Walau mereka amat cerdas, namun tetap tidak berhasil menemukan suatu cara yang terbaik untuk memperoleh Busur Api itu. Karena kalau ingin memperoleh Busur Api itu, harus menggunakan cara merebut! Semua orang tahu, tidak mungkin bisa membujuk Oey Sim Tit agar dia menyerahkan Busur Api itu kepada mereka.

Seandainya membohongi Oey Sim Tit agar keluar dari istana Ci Cun Kiong, lalu mengepungnya, meski pun dia memiliki ilmu ginkang yang amat tinggi tentunya tidak akan berhasil meloloskan diri. Dan mereka pun dapat memaksanya menyerahkan Busur Api tersebut! Itu memang bisa, namun semua orang tahu, apabila bertindak begitu berarti sama dengan mencelakai Oey Sim Tit.

Perlu diketahui, entah sudah berapa kali Oey Sim Tit menolong mereka. Kalau bukan dikarenakan Oey Sim Tit, mereka sudah pasti mati di bawah Pat Liong Thian Im! Oleh karena itu, walau mereka tahu dengan cara demikian mereka bisa memperoleh Busur Api, namun tiada seorang pun mau mengusulkan demikian.

Ketika hari menjelang malam, mereka sudah tiba di sebuah lembah kecil. Mereka duduk di situ dan tiada seorang pun yang bersuara. Berselang sesaat Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bangkit berdiri. Mereka berdua berjalan mondar-mandir sejenak, kemudian berbisik-bisik. Setelah itu Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek membalikkan badannya.

"Sejak hari kita memusnahkan istana Ci Cun Kiong, lalu melakukan perjalanan jauh menuju ke daerah See Hek, hingga kini sudah hampir setengah tahun. Apa yang terjadi dalam setengah tahun ini, tentunya kita bisa melihat, dan yang jelas istana Ci Cun Kiong pasti sudah dibangun kembali! Aku dan saudara Tam akan ke sana menyelidiki. Kalian tunggu di sini, tidak boleh ke mana-mana!" Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menjelaskan sambil membeberkan rencananya.

Usai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, Han Giok Shia pun berseru, "Kita pergi bersama saja!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut dengan suara dalam, "Tidak boleh! Banyak orang justru tidak akan leluasa! Kami pasti segera kembali, setelah itu barulah kita ke sana bersama!"

Setelah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata begitu, Han Giok Shia pun tidak berani banyak bicara lagi.

Terdengar Seh Cing Hua berkata, "lde itu memang cukup bagus, tapi mengapa aku harus menunggu di sini?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Kalau kau juga ikut kami, anak-anak itu mungkin ada urusan!"

Seh Cing Hua tertawa. "Kau anggap mereka masih kecil? Apabila mau ke sana, kita bertiga harus pergi bersama!”

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek saling memandang. Dari pada pergi semua, lebih baik bertiga saja! Karena berpikir begitu, Tong Hong Pek manggut-manggut.

"Baiklah!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek lalu berpesan pada Lu Leng dan yang lainnya agar tidak meninggalkan lembah itu. Setelah itu baruIah mereka bertiga melesat pergi meninggalkan lembah tersebut. Setelah mereka bertiga melesat pergi, lembah itu pun jadi hening. Toan Bok Ang yang duduk di sebuah batu kecil bangkit berdiri perlahan-lahan, kemudian berjalan-jalan di dalam lembah itu.

Ketika berada di lembah itu, Toan Bok Ang berusaha menghindar agar tidak bercakap-cakap dengan Lu Leng. Dia tahu, dalam hati Lu Leng menyimpan banyak perkataan yang akan dibicarakan padanya. Namun Toan Bok Ang justru tidak memberi kesempatan padanya, karena gadis itu tahu Lu Leng masih ingin minta maaf padanya! Bukan Toan Bok Ang tidak mau memberi kesempatan pada Lu Leng, melainkan luka pada hatinya sudah amat dalam dan tidak boleh bertambah dalam lagi, karena dia takkan dapat bertahan!

Tadi dia melihat Lu Leng meliriknya beberapa kali, seperti ingin mendekatinya, maka dia segera pergi. Baru berjalan beberapa langkah, dia pun mendengar Lu Leng menghela nafas panjang. Toan Bok Ang tidak mengubrisnya, namun tak tertahan air matanya sudah meleleh. Dalam beberapa hari itu, di hadapan semua orang dia berupaya menyimpan kesedihannya di dalam hati. Namun di saat seorang diri, tak tertahan lagi dia pun menangis terisak-isak.

Sementara hari semakin gelap. Toan Bok Ang menyukai hari gelap, sebab di hari gelap orang tidak akan mengetahuinya sedang menangis. Dia tidak menghendaki orang tahu dirinya sedang menangis. Akan tetapi, di saat gelap gulita tak terlihat apa pun.

Mendadak terdengar suara Tam Ek Hui, "Nona Toan, kau berada di mana?"

Toan Bok Ang segera berhenti menangis. "Aku berada di sini!" sahutnya.

"Jangan berjalan terlampau jauh!" kata Tam Ek Hui lagi.

Toan Bok Ang menyahut, "Ya!"

Gadis itu ingin tahu Tam Ek Hui dan yang lainnya berada di mana. Karena terlampau gelap ia tidak bisa mengetahuinya. Dia cuma mendengar suara percakapan yang lirih, itu membuat hati Toan Bok Ang semakin menderita. Karena Tam Ek Hui bersama Han Giok Shia, sedangkan Lu Leng bersama Tam Goat Hua. Mereka jadi dua pasangan yang duduk berdampingan. Dirinya sendiri berada di tempat yang gelap, hanya didampingi pepohonan yang ada di sisinya. Dia berjalan lagi ke depan beberapa depa.

Tiba-tiba dia teringat akan pesan Tam Ek Hui agar jangan berjalan terlampau jauh. Mengapa harus bersama mereka? Bukankah akan menambah kedukaan hatiku? Karena berpikir begitu, dia pun memandang ke arah mulut lembah. Walau gelap gulita tak tampak apa pun, namun dia ingat itu adalah mulut lembah. Toan Bok Ang tahu, kalau dalam keadaan gelap gulita ia meninggalkan lembah itu, pasti tiada seorang pun yang tahu.

Semula Toan Bok Ang berpikir akan meninggalkan mereka tanpa pamit. Namun setelah berpikir berkali-kali, akhirnya ia mengambil keputusan untuk menuju ke istana Ci Cun Kiong! Dia berjalan perlahan-lahan dan ringan menuju ke mulut lembah. Tak seberapa lama, dia merasa dirinya sudah berada di luar lembah. Dia terus berjalan ke depan. Tak terasa Toan Bok Ang sudah berjalan empat lima mil, barulah dia mengerahkan ilmu ginkang melesat pergi. Tak lama dia sudah melesat hampir dua puluh mil, terasa agak enak dalam hatinya.

Saat ini awan gelap tidak begitu tebal seperti tadi, sinar rembulan pun mulai menyorot menembus awan hitam yang tipis sehingga tempat di sekitarnya terlihat agak jelas. Toan Bok Ang sudah berada di jalan besar, dia terus melesat ke depan. Tak seberapa lama sudah terlihat gunung menjulang tinggi, seketika perasaan Toan Bok Ang pun mulai tercekam. Dia coba menghitung, kira-kira sudah hampir empat puluh mil ia meninggalkan lembah kecil itu. Kini pasti tidak begitu jauh dari istana Ci Cun Kiong, maka ia memperlambat langkahnya.

Berselang beberapa saat dia melewati sebuah tikungan gunung, Padahal di sekitar tempat itu amat gelap, tidak terlihat apa pun. Ketika menikung, keadaan di tempat itu pun berubah! Lima enam mil di depan, terlihat terang benderang, sepertinya telah terjadi kebakaran! Toan Bok Ang memandang dengan penuh perhatian, ternyata bukan kebakaran melainkan sejumlah obor yang tak terhitung banyaknya dan membuat tempat itu kelihatan seperti kebakaran. Di tengah-tengah tempat yang amat luas itu, berdiri sebuah istana yang amat megah!

Toan Bok Ang pernah mendatangi istana Ci Cun Kiong beberapa kali, namun kini istana Ci Cun Kiong jauh lebih megah dari sebelum dibakar musnah oleh Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek. Entah berapa banyak undakan batu yang menuju ke istana Ci Cun Kiong itu. Pada setiap undakan terdapat sebuah obor yang menyala terang, bahkan banyak pula para penjaga di situ! Bangunan di atas undakan batu itu tentunya tempat tinggal Liok Ci Khim Mo. Pasti Oey Sim Tit juga berada di sana. Kecuali punya sayap, kalau tidak jangan harap bisa mendekati istana tersebut dan sampai di istana itu pasti tidak akan bisa kabur! Lagi-pula begitu banyak penjaga di situ, bila ingin menyelinap ke sana, sungguh bukan merupakan hal yang gampang!

Berdasarkan keadaan di situ, pasti Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua belum memperoleh apa-apa. Mereka pasti tahu betapa sulitnya mengundurkan diri dari tempat itu! Di sisi batu besar terdapat begitu banyak rumah, tentunya itu merupakan tempat tinggal para jago tangguh istana Ci Cun Kiong. Semua tempat itu pun dikelilingi obor yang tak terhitung banyaknya. Bagaimana mungkin bisa menyelinap tanpa terlihat para penjaga disitu? Itu merupakan hal yang mustahil!

Setelah menyaksikan keadaan di situ, diam-diam Toan Bok Ang menghela nafas panjang. Dilihat dari keadaan di situ, apabila Oey Sim Tit rela menyerahkan Busur Api itu, atau semua orang mengeraskan hati untuk merebutnya, itu pun akan sulit tercapai. Kecuali Oey Sim Tit yang keluar! Kalau tidak, sulit sekali menemuinya! Ketika Toan Bok Ang menuju ke sana, ia tidak berpapasan dengan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan lainnya, juga tiada kejadian apa-apa di sana. Toan Bok Ang yakin mereka bertiga tidak akan bertindak ceroboh, mereka pasti segera pulang untuk berunding. Karena berpikir begitu, Toan Bok Ang pun menunggu di situ. Maksudnya setelah bertemu mereka bertiga, dia ingin berpamit!

Akan tetapi walau sudah menunggu setengah jam lebih, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan yang lainnya tetap tidak muncul! Betapa herannya Toan Bok Ang dalam hati. Mereka bertiga berangkat duluan, mana mungkin hingga saat ini belum tiba di situ? Juga sudah sekian lama, mereka bertiga pun tidak kelihatan mundur! Mungkinkah mereka bertiga sudah menaiki undakan batu itu dan akhirnya tertangkap?

Toan Bok Ang menarik nafas, dia menunggu lagi dengan sabar. Setelah menunggu beberapa saat, tetap tidak ada apa-apa! Gadis itu langsung melesat maju kira-kira satu mil. Sekarang ia sudah berada di bawah sebuah lentera merah. Ketika berada di bawah lentera merah, tiba-tiba ia melihat dua sosok bayangan melesat datang. Toan Bok Ang cepat-cepat bersembunyi di rumput alang-alang, sedangkan kedua sosok bayangan itu berhenti dibawah sebuah lentera merah. Saat ini jarak kedua orang itu dengan Toan Bok Ang hanya beberapa depa saja! Toan Bok Ang melihat jelas kedua orang itu berpakaian ringkas dan membawa golok.

Setelah berdiri sejenak di bawah lentera merah, salah seorang berkata pada temannya, "Sudah hampir subuh, sudah waktunya ganti orang. Kita pulang saja!"

Temannya itu bersin beberapa kali lalu menyahut, "Betul! Padahal sesungguhnya tiada artinya menjaga di jalan ini. Ci Cun toh berada di atas undakan batu! Jangan kata orang, nyamuk pun sulit menerobos ke sana! Apa gunanya menjaga di sini?"

Orang itu menyahut, "Bukan begitu! Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang sialan itu setiap kali muncul di sini pasti banyak melukai teman-teman kita. Ia justru tidak mampu melukai Ci Cun! Nah, bukankah teman-teman kita yang sial? Kini apabila kita melihat jejak mereka, kita harus segera memberi tanda. Ci Cun pasti akan muncul dan teman-teman pun tidak akan banyak yang berkorban!"

Mereka berdua bercakap-cakap sejenak lalu melesat pergi. Di saat kedua orang itu melesat pergi, mendadak Toan Bok Ang pun melesat ke arah mereka. Tanpa menimbulkan sedikit suara pun, tahu-tahu ia sudah berada di belakang salah seorang itu! Perlu diketahui, ilmu ginkang partai Hui Yan Bun memang amat terkenal dalam rimba persilatan, sedangkan kini ilmu ginkang yang dimiliki Toan Bok Ang telah bertambah tinggi. Meski pun sudah berada di belakang kedua orang itu, namun mereka berdua tidak mengetahuinya!

Toan Bok Ang menutup pernafasannya dan terus mengikuti kedua orang itu. Setelah bertambah dekat, barulah perlahan-lahan ia mengangkat tangannya untuk menekan punggung salah seorang itu! Badan orang itu tampak tergetar, ternyata Toan Bok Ang menekan jalan darah Leng Tay Hiat sekaligus mengerahkan lweekang-nya sehingga menyebabkan urat nadi di sekujur badan orang itu putus seketika. Tanpa mengeluarkan suara orang itu langsung binasa! Yang seorang lagi sama sekali tidak tahu akan kejadian itu, ia hanya melihat badan temannya tergetar lalu roboh!

Orang itu tertegun, lalu bertanya dengan heran. "Eh? Kenapa kau? Mabuk ya? Kok tidak mau jalan lagi?"

Toan Bok Ang menyahut dengan suara parau, "Temanmu sudah tidak bisa jalan!"

Kedua orang itu berasal dari golongan hitam, nama mereka berdua pun cukup terkenal. Ketika mendengar suara Toan Bok Ang, ia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ia membalikkan badannya, akan tetapi Toan Bok Ang memang sudah siap! Di saat orang itu baru membalikkan badannya, Toan Bok Ang pun langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah mukanya.

"Duuuk!"

Sebelum orang itu menjerit, Toan Bok Ang sudah mencekik lehernya, kemudian dilempar ke rumput alang-alang. Setelah itu Toan Bok Ang pun menendang mayat yang seorang lagi ke rumput alang-alang. Orang yang terhajar mukanya ternyata belum mati, dia cuma pingsan saja! Saat Toan Bok Ang mendekatinya, kebetulan orang itu siuman.

Toan Bok Ang menginjak kepalanya, membuat orang itu berkata terputus-putus. "Sobat dari mana, cepatlah pergi!"

Toan Bok Ang menyahut dengan dingin, "Kalau mau pergi, tentunya tidak akan kemari!"

Orang itu tertawa getir. "Kau menahan diriku disini, sama sekali tiada gunanya!"

Toan Bok Ang menyahut dengan suara dalam, "Jangan banyak omong kosong! Aku tanya kau, istana yang di atas undakan batu, siapa yang tinggal di sana?"

Orang itu memberitahukan, "Ci Cun dan putranya! Selain itu masih ada Kou Hun Siu, Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun. Mereka bertiga melindungi Ci Cun dan putranya!"

Hati Toan Bok Ang tersentak. Segera ia bertanya lagi, "Bukankah Kou Hun Siu pergi ke Gunung Tangkula di daerah See Hek?"

Orang itu tampak tertegun seperti tercengang karena Toan Bok Ang tahu akan hal tersebut. Berselang sesaat orang itu menyahut, "Tidak salah, tapi sudah kembali! Bahkan membawa semacam benda pusaka yang disebut Jala Bumi! Kau cepat pergi, mungkin masih bisa selamat!"

Toan Bok Ang mendengus dingin, "Bagaimana cara menaiki undakan batu itu agar bisa menemui Liok Ci Khim Mo?"

Orang itu menyahut, "Baik! Aku akan bicara terus terang, agar kau membatalkan niatmu!"

Mendadak Toan Bok Ang menekan punggung orang itu, membuat sekujur badannya mengucurkan keringat dingin. Setelah itu Toan Bok Ang pun berkata dengan dingin, "Aku menanyakan apa, kau jawab saja! Tidak usah omong kosong, kau pasti kusiksa!"

Orang itu langsung manggut-manggut, kemudian berkata, "Kalau mau menaiki undakan batu itu, harus seizin Ci Cun! Kecuali Kou Hun Siu, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau bertiga, orang lain tidak boleh turun naik semaunya!"

"Aku tidak percaya! Apakah mereka tidak perlu dilayani?" tanya Toan Bok Ang lagi.

Orang itu menyahut, "Tentu perlu, namun para pelayan kalau sudah naik ke atas, dilarang turun lagi! Di atas undakan ke seratus, para penjaga di situ pun dibagi tingkatnya! Undakan batu berjumlah seratus lima puluh undakan. Setiap tiga puluh undakan dibagi jadi lima tingkat. Orang yang di tingkat lima, apabila berani menginjak undakan ke tiga puluh satu pasti dibunuh tanpa ampun!"

Toan Bok Ang memandang ke arah undakan batu itu. Setelah itu ia bertanya lagi, "Kalau begitu, tuan muda Oey boleh turun naik semaunya?"

Orang itu menyahut, "Tidak! Sejak istana Ci Cun Kiong terbakar, sejak itu pula tuan muda Oey tidak pernah turun dari atas! Dengar-dengar Ci Cun akan mewariskan Pat Liong Thian Im, maka melarangnya meninggalkan istana setapak pun!"

Toan Bok Ang berpikir. Meski pun sudah bertanya dengan jelas tentang keadaan Ci Cun Kiong, tapi sedikit pun tidak ada gunanya karena tempat di sekitar Liok Ci Khim Mo dijaga begitu ketat. Sungguh sulit bila ingin menyelinap ke dalam!

Setelah berpikir sejenak, Toan Bok Ang pun berkata dengan dingin, "Kau membantu penjahat, tidak boleh dibebaskan!"

Orang itu segera bermohon. "Nona, ampuni...."

Akan tetapi tangan Toan Bok Ang sudah menghantam jalan darah Leng Tay Hiat orang itu.

"Plak!" tanpa menjerit orang itu binasa seketika!

Dan pada saat yang sama mendadak terdengar suara seseorang dari rumput alang-alang, "Nona Toan, sungguh besar nyalimu!"

Betapa terkejutnya Toan Bok Ang, namun gadis itu mengenali suara tersebut tidak lain adalah suara Seh Cing Hua. Toan Bok Ang segera berkata, "Seh-cianpwee, sudah lama kalian berada di sini?" Sembari berkata Toan Bok Ang pun berjalan ke depan.

Tampak tiga sosok bayangan berkelebat ke luar dari rumput alang-alang, mereka adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Seh Cing Hua.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen segera berkata, "Kita harus segera pergi! Kedua orang itu telah binasa, mereka pasti akan segera mengetahuinya. Bila terlambat pasti repot!"

Toan Bok Ang tahu keadaan sangat gawat sehingga mereka tidak berani lama-lama di situ. Mereka berempat langsung melesat pergi. Setelah melesat tiga empat mil barulah berhenti.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bertanya, "Nona Toan! Mengapa kau kemari? Di mana mereka berempat?”

Toan Bok Ang menyahut, "Mereka masih berada di dalam lembah itu. Aku keluar secara diam-diam!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan yang lain saling memandang. Mereka tahu apa sebabnya Toan Bok Ang meninggalkan lembah itu, maka mereka bertiga pun tidak banyak bertanya.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Begitu sampai di sini dan melihat keadaan yang amat ketat, kita betul-betul kehabisan akal. Sekarang cepat kembali ke tempat semula untuk berunding!"

Seh Cing Hua berkata, "Kupikir orang-orang yang bisa turun naik melalui pelataran batu itu dengan bebas hanyalah kedua saudaraku yang tak berguna itu dengan Kou Hun Siu, maka kita pun harus mencari akal melalui mereka berdua!"

"Ada ide apa?" tanya Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.

Seh Cing Hua menyahut, "Mereka berdua pasti sudah tahu Kou Hun Siu memperoleh Jala Bumi, bagaimana mata mereka tidak akan merah? Kalau aku membawa dua macam benda pusaka dan pergi menemui mereka, tentunya mereka bersedia menemuiku!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menggoyang-goyangkan tangannya. "Tidak boleh! Apakah mereka berdua masih punya perasaan saudara?"

Seh Cing Hua langsung melotot. "Dulu kau ribut denganku, apakah masih punya perasaan suami-isteri?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tahu jelas sifat Seh Cing Hua yang amat aneh. Dulu kalau tidak demi ingin mempelajari Kitab Iblis, bagaimana mungkin dia meninggalkan anak dan suami? Karena itu ketika melihat Seh Cing Hua melotot dan berkata dengan ketus, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen cuma tersenyum saja.

"Jangan emosi, beritahukan saja bagaimana rencanamu!"

Seh Cing Hua menyahut, "Kita kembali dan dalam perjalanan baru kuberitahukan. Tidak akan terlambat, kan?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mengangguk. "Benar!"

Mereka berempat segera kembali ke lembah itu. Entah berapa kali Toan Bok Ang ingin membuka mulut untuk pamit dengan mereka, namun begitu dia baru membuka mulut, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan lainnya sudah mencegahnya berbicara. Akhirnya Toan Bok Ang mengikuti mereka ke lembah itu.

Sembari berjalan Seh Cing Hua pun berkata, "Kedua orang yang tak berguna itu tidak punya nyali untuk memasuki Lorong Rahasia, tapi mereka justru amat menginginkan benda pusaka yang ada di situ! Kini Kou Hun Siu berhasil memperoleh Jala Bumi, pasti hati mereka pun tergerak!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Kau membawa benda pusaka dan pergi menemui mereka, apa gunanya?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyela, "Benar! Kecuali kau juga bersedia berlutut di hadapan Liok Ci Khim Mo dan memanggilnya Bu Lim Ci Cun, mungkin masih bisa mengatur suatu rencana!"

Seh Cing Hua berkata dengan ketus, "Aku belum usai bicara, mengapa kalian jadi ribut terus?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen saling memandang, sedangkan Seh Cing Hua berkata tagi, "Bolehkah kalian tidak ribut?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera menyahut, "Baik, baik!"

Seh Cing Hua berkata, "Aku akan membawa Can Thian Cin (Jarum Langit) pergi menemui mereka. Aku akan mengatakan bahwa gudang pusaka telah terbuka dan semua benda pusaka telah kita ambil, hanya Can Thian Cin ini ditinggalkan untuk mereka! Benda pusaka cuma ada satu, tentunya tidak bisa dibagi dua! Apabila salah satu di antara mereka bisa membawaku ke atas undakan batu, dialah yang berhak menerima benda pusaka ini!"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Bagus! Kau ke sana dan hanya boleh memberitahukan urusan ini pada satu orang saja! Apabila kau beritahukan kepada mereka berdua, bisa jadi yang satu berusaha membawamu ke atas, tapi yang lain pasti berusaha menggagalkannya!"

Seh Cing Hua berpikir sejenak, kemudian manggut-manggut. "Masuk akal!"

"Lalu bagaimana setelah kau berada di atas?" tanya Cit Sat Sin Kun-Tam Sen.

Seh Cing Hua menyahut, "Tentunya harus selangkah demi selangkah, perlahan-lahan! Memang seperti kau, harus langsung berhasil! Kalau berpikir begitu, lebih baik kita pulang ke pulau Hwe Ciau To saja, tidak usah repot-repot memutar otak di sini!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen tertawa panjang. "Bagus! Memang masuk akal, lanjutkan saja!"

Seh Cing Hua melanjutkan, "Setelah naik ke atas undakan batu, boleh bertindak berdasarkan keadaan di sana, tentunya aku harus menemui Oey Sim Tit dulu...."

Saat Seh Cing Hua berkata sampai disitu, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen pun menyambung dengan serius. "Kalau kau berhasil mencarinya, jangan mengambil Busur Apinya dengan cara paksa!"

Mendengar itu Seh Cing Hua langsung berteriak aneh, sekaligus melancarkan sebuah pukulan ke arahCit Sat Sin Kun-Tam Sen. Sedangkan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memang sudah menduga akan hal itu, maka badannya berkelebat menghindar.

Seh Cing Hua berkata dengan gusar, "Kau yang sedang bicara atau aku sih? Setelah aku berhasil mencari Oey Sim Tit, tentunya aku punya akal, tidak perlu menunggu kau kentut!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata sambil tertawa, "Kau tidak takut saudara Tong Hong dan nona Toan mentertawakanmu? Kalau bicara harus pakai aturan, lho!"

Seh Cing Hua tertawa dingin. "Dengan demikian kalian katakan, apakah bisa dilaksanakan?"

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyahut, "Memang bisa dilaksanakan, hanya saja amat sayang Can Thian Cin ini!"

Seh Cing Hua tertawa terkekeh. "Legakan hatimu, kecuali aku tidak mau meninggalkan istana Ci Cun Kiong! Kalau aku mau meninggalkan istana itu, sudah pasti aku akan mengambil kembali Can Thian Cin! Kalian tunggu aku di lembah itu!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen terbelalak. "Kalau pun mau pergi juga harus menunggu esok! Malam ini pihak istana Ci Cun Kiong pasti akan menemukan kedua mayat itu! Apabila kau ke sana sekarang, bukankah mereka akan mencurigaimu sebagai pembunuh kedua orang itu?"

Kali ini Seh Cing Hua tidak menentang perkataan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen. Ia hanya berkata perlahan, "Siapa bilang aku akan ke sana sekarang?"

Di saat mereka bercakap-cakap, tak terasa mereka berempat sudah tiba di lembah itu. Mendadak mereka berempat berhenti serentak. Saat ini jarak mereka dengan mulut lembah hanya satu dua mil, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas sekitar lembah itu! Ternyata mereka melihat dekat mulut lembah terdapat tujuh delapan obor besar!

Mereka berempat jadi tertegun karena sejak mereka meninggalkan gunung Tangkula San, mereka melakukan perjalanan dengan hati-hati sekali, bahkan Can Thian Cin itu pun dibungkus dengan kain hitam berlapis-lapis agar cahayanya tidak menembus ke luar! Kalau pun mereka yang membuat obor-obor itu, tentunya tidak masuk akal! Namun pada jarak yang begitu dekat tidak terdengar suara bentrokan senjata, sungguh membuat orang tidak mengerti! Keempat orang itu tertegun.

Berselang sesaat Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berkata, "Pasti telah terjadi sesuatu, kita harus segera melihat ke sana!"

Padahal saat ini Toan Bok Ang ingin berpamit dengan mereka, tapi dalam keadaan begini sulit baginya untuk pergi. Cepat-cepat ia mengikuti mereka melesat ke depan! Jarak satu dua rnil tidaklah jauh. Setelah mereka mengerahkan ilmu ginkang, sekejap Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek sudah sampai duluan. Ia langsung menerobos ke dalam mulut lembah. Begitu melihat, dia pun jadi tertegun. Lembah itu sunyi senyap, bahkan juga kosong melompong, tiada seorang pun yang berada di situ! Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, Seh Cing Hua dan Toan Bok Ang sudah tiba di situ, ketika melihat keadaan itu mereka bertiga pun tertegun.

“Eh?! Ke mana mereka berempat?" hampir serentak mereka berkata tak tertahan.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera bergerak. Dalam waktu singkat dia telah mengitari seluruh lembah itu. Setelah itu dia segera kembali ke tempat semula. "Mereka tidak berada di dalam lembah, kita harus cepat berpencar mencari mereka!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan yang lainnya tahu urusan ini agak luar biasa, mungkin sesuatu telah terjadi pada diri keempat orang itu. Karena tempat ini tidak begitu jauh dari istana Ci Cun Kiong, tentunya apa pun bisa terjadi! Mereka berempat meninggalkan lembah itu, lalu berpencar mencari kesana-kemari hingga belasan mil, dan akhirnya kembali ke mulut lembah. Mereka berempat boleh dikatakan kembali pada saat bersamaan. Masing-masing mengangkat obor tinggi-tinggi, saling memandang dan berdasarkan air muka mereka dapat diketahui tiada hasilnya sama sekali!

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan heran, "Sungguh mengherankan! Kita meninggalkan lembah ini tidak begitu lama, lebih-lebih Toan Bok Ang! Bagaimana mungkin mereka akan kehilangan jejak dalam jarak sepuluh mil? Apakah...."

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera berkata, "Tidak mungkin, mereka tidak akan pergi ke istana Ci Cun Kiong menempuh bahaya!"

Toan Bok Ang memandang obor-obor di luar lembah. Ia menunjuk seraya berkata, "Melihat keadaan obor-obor itu, pasti dari istana Ci Cun Kiong! Apakah Liok Ci Khim Mo sudah sampai di sini?"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menyahut, "Apabila Liok Ci Khim Mo kemari, pasti ia memainkan Pat Liong Thian Im! Bagaimana kita tidak mendengarnya?"

Seh Cing Hua berkata, "Kepandaian anak Leng dan Goat Hua tidak rendah, ditambah lagi Liang Siang Lun milik Han Giok Shia dan Can Thian Cin milik Tam Ek Hui, tentunya membuat mereka berempat jadi lihay sekali! Aku tidak percaya di dalam istana Ci Cun Kiong masih terdapat jago tangguh yang mampu melawan mereka!"

Mendadak Toan Bok Ang menyela, "Mungkin Kou Hun Siu?"

Apa yang diucapkan Toan Bok Ang membuat semua orang jadi tertegun! Kou Hun Siu! Pasti Kou Hun Siu! Setelah kehilangan senjata Kou Hun Si pasti sulit bagi Kou Hun Siu bisa menang melawan Lu Leng berempat. Itu memang tidak mungkin! Akan tetapi perlu diketahui satu hal, yakni Kou Hun Siu telah memperoleh Te Sat Kang (Jala Bumi)! Bagaimana Kou Hun Siu memperoleh Jala Bumi setelah memasuki gudang pusaka, dan mengapa cuma mengambil benda pusaka tersebut saja, mereka berempat sama sekali tidak tahu apa sebabnya. Namun mereka yakin, Jala Bumi itu sudah berada di tangan Kou Hun Siu! Apabiia Kou Hun Siu menggunakan Jala Bumi menghadapi mereka berempat celakalah keempat orang itu!

Berpikir sampai ke situ, hati mereka berempat pun tenggelam entah kemana.

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata, "Tapi, kalau mereka dibawa ke istana Ci Cun Kiong tentunya berpapasan dengan kita!"

"Benar! Kalau begitu mereka berempat ke mana?" sahut Toan Bok Ang.

Usai Toan Bok Ang menyahut, mendadak di atas tebing terdengar suara tawa panjang, menyusul terdengar pula suara orang yang sudah tua. "Nona Toan, kalian sedang mencari siapa?"

Begitu mendengar suara orang di atas tebing, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berempat langsung mendongakkan kepala memandang ke atas. Diterangi sinar obor, mereka melihat di atas sebuah batu besar yang tingginya belasan depa berdiri seorang tua kurus tinggi, rambut dan jenggotnya sudah putih semua. Dia tidak lain adalah Kou Hun Siu! Ketika melihat Kou Hun Siu muncul mendadak di situ, bukan main terkejutnya mereka berempat.

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek bersiul panjang, kedua lengannya direntangkan, seketika badannya mencelat ke atas! Tetapi Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang berada di sisinya, segera menjulurkan tangannya memegang bahunya kemudian berkata dengan suara rendah.

"Saudara Tong Hong, dia memiliki Jala Bumi! Kalau disebarkan dari atas ke bawah, tentunya kau sulit menghindar.”

Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir sejenak, merasa benar apa yang dikatakan Tam Sen. Namun kegusarannya sudah memuncak. Ia langsung membentak dengan sengit. "Kou Hun Siu! Mereka berempat berada di mana sekarang?"

Kou Hun Siu tertawa gelak. "Hahaha! Mereka berempat? Haha! Kini mereka sudah merasa nyaman sekali, lho!"

Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berkata dengan suara dalam, "Kou Hun Siu, walau kau berhasil menangkap mereka berempat dengan Jala Bumi, tapi dalam waktu singkat kau pun tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka! Seandainya kau menarik kembali Jala Bumi itu, mereka berempat pun bisa meloloskan diri! Saat ini kau tidak perlu berlaku angkuh di sini!"

Ketika Cit Sat Sin Kun berkata begitu, dia sendiri pun tidak berani memastikan apakah Jala Bumi itu berada pada Kou Hun Siu atau tidak? Dia berkata begitu semata-mata hanya ingin memancing reaksi Kou Hun Siu belaka agar mengetahui Jala Bumi itu berada padanya atau tidak! Namun wajah Kou Hun Siu kelihatan biasa.

Kou Hun Siu kemudian tertawa gelak dan menyahut, "Cit Sat Sin Kun, kalau Jala Bumi tidak berada padaku, ketinggian batu ini cuma belasan depa, tentunya kalian bisa naik ke atas untuk menangkap diriku sekaligus menolong mereka berempat. Bukankah akan beres?"

Begitu mendengar sahutan Kou Hun Siu, sulit sekali bagi Cit Sat Sin Kun untuk memastikan apakah Jala Bumi itu berada padanya atau tidak?

Terdengar Seh Cing Hua berkata dengan dingin, "Kalau pun kau mempunyai Jala Bumi, juga tidak dapat berbuat apa-apa terhadap kami!"

Kou Hun Siu tertawa dingin seraya menyahut, "Betul! Nyonya Tam boleh mencobanya!"

Sepasang mata Seh Cing Hua menyorot tajam, memandang lekat-lekat pada Kou Hun Siu. Seh Cing Hua tahu, kalau kedua belah pihak berada di tanah datar, sedangkan pihaknya berjumlah empat orang, walau Kou Hun Siu memiliki Jala Bumi juga tidak bisa berbuat apa-apa terhadap mereka! Karena pukulan gabungan mereka bertiga amat dahsyat, kalau Jala Bumi itu mengarah pada mereka maka dengan pukulan gabungan itu mereka pasti dapat menerbangkan Jala Bumi tersebut! Seandainya pukulan gabungan pertama tidak berhasil merobohkan Kou Hun Siu, mereka masih bisa melancarkan pukulan gabungan ke dua! Meski pun Kou Hun Siu memiliki lweekang tinggi, tentu sulit baginya untuk menyambut pukulan gabungan mereka bertiga!

Tapi saat ini Kou Hun Siu justru berada di atas batu besar yang tingginya belasan depa, sulit bagi mereka untuk mencelat ke atas! Kalau berhasil mencelat ke atas, mereka bertiga pasti masuk ke dalam Jala Bumi sehingga tidak mampu lagi melancarkan pukulan gabungan! Seandainya di saat mereka mencelat ke atas dan sekaligus melancarkan pukulan gabungan, otomatis akan membuat badan mereka merosot ke bawah dan Jala Bumi itu dengan mudah akan menjaring mereka! Begitu terjaring, sulit untuk meloloskan diri! Namun kalau Jala Bumi tidak berada pada Kou Hun Siu karena sudah dipakai untuk menjaring Lu Leng berempat, maka mereka bertiga akan dapat merobohkan Kou Hun Siu! Hanya saja mereka tidak berani memastikan itu!
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar